5 Prinsip Kelola Keuangan Bisnis dan Pribadi Versi Ahmad Ghazali

Agar bisnisnya laku, harus ada faktor tambah. 
Agar bisnisnya tambah besar, harus ada faktor kali. 
Agar bisnisnya berkah, harus ada faktor bagi.
(Ahmad Gozali)

===

Sering kita mendengar atau membaca bahwa cara mengikat ilmu adalah dengan menuliskan dan mengajarkannya. Nah, berikut adalah ketikan ulang dari tulisan salah seorang Expert: Financial Planner; Ahmad Gozali. Selamat menikmati:

===

Malam ini insya Allah kita akan bahas keuangan pribadi dalam bisnis. Fondasi keuangan pribadi dalam bisnis, dan dasar-dasar keuangan bisnis. Izinkan saya menjelaskan beberapa hal di awal, dan nantinya kita bisa bahas lebih dalam // dalam sesi tanya jawab.

Hal pertama yang ingin saya bahas adalah ENTITAS.
Setiap diri kita punya buku amal baik dan buruk, dan bertanggungjawab di hadapan Allah SWT di hari akhir. Dan kita juga ikut bertanggungjawab, dalam batasan tertentu, terhadap isi buku istri kita, anak kita, dan lainnya. Walaupun istri dan anak dalam tanggungan kita (dalam batasan tertentu) tapi mereka tetap memiliki bukunya sendiri.
Begitu juga dalam bisnis, kita dan bisnis kita seharusnya punya buku yang berbeda. Kita punya penghasilan, pegeluaran, aset dan hutang. Bisnis kita juga punya penghasilan, pengeluaran aset dan hutangnya sendiri. Bukunya harus beda, walau tetap berhubungan karena kita pemilik bisnis tersebut.
Jadi mulai sekarang, pisahkan antara diri kita pribadi dan bisnis kita. Secara keuangan, diri kita dan bisnis kita punya stakeholder yang berbeda. Inilah yang menjadi landasan untuk memisahkan keuangan pribadi dan keuangan bisnis. Manfaatnya banyak: agar disiplin dalam bisnis, bisa evaluasi keuangan bisnis dengan jujur, penghematan pajak, kemudahan menghitung zakat, dan lain lain.
Hal kedua yang ingin saya sampaikan adalah KUASAI BAHASA BISNIS.
FAHAMI BAHASA BISNIS. “Kalau kita ingin menguasai sesuatu, maka kita harus memahaminya terlebih dahulu”. Kalau ita ingin menguasai bisnis, maka pahami bahasa bisnis. Gambar bisa bicara seribu kata, tapi angka bisa bicara seribu bahasa. Ketika berkomunikasi dengan bangsa lain, kita harus paham bahasanya. Tapi dengan angka, bahasa apapun punya angka yang sama. Angka positif itu bagus, angka negatif itu jelek 🙂
Buku Bisnis & Buku Pribadi
Buku Bisnis & Buku Pribadi

Perhatikan gambar di atas. Yang sebelah kiri adalah “buku bisnis” dan sebelah kanan adalah “buku pribadi” yang terpisah, tapi berhubungan.

Modal dalam bisnis kita adalah aset bagi pemiliknya.

Perhatikan ayat terpanjang dalam Al Qur’an yaitu AL Baqarah ayat 282, bicara tentang ketentuan pencatatan hutang piutang. Dibahas dengan detail. Perhatikan ayat ayat tentang akidah, pendek tapi dalam artinya. Tapi ayat-ayat tentang muamalah panjang-panjang dan detail.

Ayat yang paling detail itu membahas tentang huku waris, siapa mendapat apa dengan berapa bagian. Sangat detail.

Karena untuk urusan angka, paling mudah terjadi konflik, mungkin itulah kenapa Al Qur’an dengan panjang, lebar, dan detail membahasnya.

Maka jangan lupakaj pencatatan atau akuntansi, karena AKUNTANSI = BAHASA BISNIS.

Ketiga; ASSET dan CASHFLOW

Kalau sudah paham bahasa bisnis, minimal paham kotak-kotak tadi, kita akan paham pentingnya aset dan cashflow.
 
Untuk diri pribadi perhatikan ASET, bukan cashflow. Banyak orang sibuk menambah penghasilan, tapi belum tentu penghasilan bertambah akan bertambah juga asetnya. Contohnya adalah penghasilan naik, pengeluaran ikut naik. betul apa betul?

 LIHAT LAGI GAMBAR DI ATAS

Perhatiakn aset, karena jika aset yang bertambah. Maka penghasilan (cashflow) pun akan ikut bertambah.

Tapi hati-hati, ada aset PRODUKTIF, dan aset KONSUMTIF. Tentu saya maksud adalah aset produktif, yaitu aset yang menambah penghasilan atau bertambah nilainya di masa depan.

Semakin banyak kita miliki aset produktif, semakin bertambah penghasilan. Semakin banyak kita miliki aset konsumtif, semakin bertambah juga pengeluaran.

ASSET & CASHFLOW
ASSET & CASHFLOW

Sebaliknya, untuk bisnis, jangan fokus pada  ASET, tapi fokuslah pada CASHFLOW.

 Karena bisnis belum tentu perlu aset besar, tapi jelas bisnis perlu cashflow yang besar.

Hal ini nyambung dengan poin ke-4 yaitu: CYCLE and SPEED

Pahami CYCLE atau siklus dalam bisnis kita. Uang itu cuma muter muter aja, pastikan kita tahu “jalur uang” mengalir agar kita paham bagaimana cara mengendalikan perputarannya.

Siklus Bisnis
Siklus Bisnis

Nah, seperti inilah kira-kira siklus bisnis kita.

Yang bisnisnya manufaktur, tentu detail lagi dibagian produksi. Yang bisnisnya perdagangan detail di bagian distribusi dan penjualan.

Pastikan kita paham siklus ini …
Kemana saja uang mengalir …
Dimana letak macetnya, bagaimana mempercepat alirannya

Bagan ini juga bisa dijadikan sebagai alur berpikir kita secara umum dalam mengelola bisnis

Nah, kalau sudah paham siklusnya, maka langkah berikutnya adalah MEMPERCEPAT ARUSNYA

Dulu ada istilah “yang besar mengalahkan yang kecil”, dalam bisnis yang terjadi adalah “yang cepat mengalahkan yang lambat”

Percepat perputaran uang dalam bisnis kita. Secepat mungkin jadikan bahan baku menjadi bahan siap jual. Secepat mungkin jual. Kalau sudah dijual secepat mungkin  uangnya masuk ke rekening. Lalu secepat mungkin  beli lagi bahan baku, produksi lagi, distribusi lagi, jual lagi, taguh lagi, dan seterusnya …

Ingat, kuncinya ada pada KECEPATAN. Semakin cepat uangnya mengalir, otomatis akan makin besar pula bisnis kita.

Terakhir, yang ke-5: Faktor Tambah, Kali, Bagi

Agar bisnisnya laku, harus ada faktor tambah. Agar bisnisnya tambah besar, harus ada faktor kali. Agar bisnisnya berkah, harus ada faktor bagi.

faktor tambah maksudnya adalah kita harus memiliki hal lain yang tidak dimiliki oleh kompetitor. Ada nilai tambah yang kita berikan pada konsumen agar memilih kita, dan bukan kompetitor. Apa nilai tambahnya? bisa macam-macam: bisa produknya yang lebih bagus, iklannya yang lebih bagus, namanya yang lebih terkenal, kepercayaan, service yang lebih baik, jarak yang lebih dekat, apapun itu … pastikan kita punya nilai tambah dan tunjukkan nilai tambah itu pada konsumen.

Faktor kali maksudnya adalah perbesar bisnis kita dengan mengkali-lipatkan penjualan, bukan cuma menambahnya, tapi membuatnya berkali-kali lipat. Caranya? duplikasi penjualan dengan cabang, franchise, lisensi, dan lain lain

Dan agar bisnis berkah, pastikan kita juga punya faktor bagi. bagi kebahagiaan, bagi rezeki, bagi karunia Allah … dengan cara sedekah, buka lapangan kerja, dan lain lain.

===
Tanya jawab tidak diketik ulang, mohon maaf 🙂
Tambahan kutipan dari jawaban penulis
Ada salah satu hadits yang menjelaskan tentang sebuah kebun yang diberkahi dengan hujan yang turun khusus di atas kebunnya. Itu karena ia membagi hasil panennya 1/3 untuk konsumsi, 1/3 untuk sedekah, dan 1/3 dikembalikan ke dalam kebunnya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *