Benih Keadilan

Ketika hati terdera oleh sebuah rasa yang membunuh kata, akal terjerembab semacam mantra, dan raga seakan membatu-bata, yang tersisa hanya cinta yang masih bertarung dengan nafsu dunia.

Lihat! Lihat! Lihatlah!
Di sini!
Pertarungan masih nyata. Masih berserak remah-remah jiwa yang merintih. Memohon keduanya mengibarkan panji putih yang tersimpan di balik jubah, atau sekedar membiarkan merpati putih terbang dari sangkar kehidupan.

Karena setiap yang tercipta, memiliki garis tersendiri di atas lembaran-Nya. Layaknya matahari yang melahirkan keremangan dan kegelapan pada sisi lain muka bumi.

Lantas, hendak ditaruh dimana benih keadilan?

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *