Tuhan, lemparkan padaku peta dan kompas petak umpat. Hati ini kian gelap, mulutpun terjahit rapat
Atau kembalikan aku semasa ‘reformasi’. Bebas, tenggelam di keheningan seperti pasir pantai yang terrayu ombak menjelajah muka bumi. Seperti duli yang riang, terbang dengan gerbong belaian angin, menelisik rerumputan, bebatuan, pepohonan, atau awan gemawan. Sembari mencari ‘bumerang’ yang belum kembali usai terlepas dari tangan-Mu.
Atau ‘bunuh’ saja ‘aku’ sang perayu Bidadari, yang dalam diam mengendap-endap menjauh dari cinta-Mu, yang lahirkan sensasi haru biru, merah mata kemarahan, meski terbalut putihnya cahaya pengharapan untuk terlahir kembali.
Apa keputusan-Mu?