Ahmad Athoillah ,mengatakan “menunda amal perbuatan karena menantikan kesempatan yang lebih baik merupakan kebodohan yang mempengaruhi jiwa”. Begitu bodohnya aku, menunda amal perbuatan yang Allah ridho atasnya, yaitu untuk segera menikah.
Tidak ada bahaya bagi Iman, kecuali kecintaannya kepada dunia dan tidak ada bahaya bagi hati, kecuali kecondongan kepada perhiasan dunia. Bila iman rusak dan hati hancur, apalagi yang akan dibanggakan seseorang dihadapan Allah nanti? (Imam Hambali). Tapi hati ini begitu condong kepada perhiasan yang satu itu…bersanding dengan wanita sholehah (sebaik-baik perhiasan), gimana dunk?
Sesungguhnya kamu senantiasa dalam kebajikan selama kamu mengenal akan berbuat yang benar . Dan orang yang berilmu dari kamu tidak akan meringan-ringankan (memudah-mudahkan/menggampangkan) yang benar itu (Hudzaifah r.a). Dan aku pun mengenal bahwa menikah adalah hal yang dibenarkan Rasulullah , tapi diri ini tidak ingin meringan-ringankan urusan tersebut. karena menikah bukanlah sekedar mempertemukan dua insan. Namun harus mampu memberikan kebaikan dan keberkahan bagi Islam dan umat manusia.
Hendaklah kamu menjadi orang yang berilmu atau belajar atau mendengarkan ilmu dan janganlah kamu menjadi orang yang keempat yakni, yang tak termasuk salah seorang dari kelompok orang di atas agar kau tidak binasa (Abu Darda r.a)
setelah lebih dari 5.000.000 detik tenggelam dalam kegelapan, berjuang mempertahankan keimanan dalam kesendirian, semalam telah kutemukan saudara-saudaraku yang rela berbagi ilmu denganku, rela untuk sekedar duduk sampai larut malam demi membangun peradaban. Tapi satu pernyataan dan pertanyaan yang mengelitik sekaligus menohokku: Ingin dunia? raih dengan ilmu, ingin surga? gapai dengan ilmu, ingin keduanya? rengkuh dengan ilmu, ingin menikah juga dengan ilmu, sudah “proses” akh?